2025-01-21 IDOPRESS
iDoPress - Aplikasi video pendek,TikTok sudah pulih secara bertahap pada Minggu (19/1/2025) siang waktu Amerika Serikat,setelah tidak dapat diakses selama beberapa waktu.
Penyetopan layanan ini merupakan bentuk implementasi dari undang-undang “Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Application Act”. Kebijakan yang ditujukan untuk melindungi data warga AS dari potensi ancaman asing.
Undang-undang,yang sudah ditandatangani tahun lalu oleh presiden Joe Biden sebelumnya dan mulai berlaku April 2025,kerap mendorong TikTok untuk segera menjual perusahaannya yang berbasis di AS. Jika tidak patuh,imbasnya adalah layanan akan dilarang beroperasi.
Baca juga: China Sebenarnya Pilih Tutup TikTok daripada Dijual ke AS
Jika akhirnya TikTok memutuskan untuk menjual perusahaannya,calon pembeli setidaknya perlu mempersiapkan dana sekitar 40 miliar dollar AS hingga 50 miliar dollar AS (Rp 655 triliun—Rp 818 triliun).
Nilai tersebut merupakan nilai proyeksi valuasi TikTok yang dibuat oleh Wakil Presiden Senior CFRA Research,Angelo Zino,yang dihitung berdasarkan nilai operasi TikTok di AS,seperti jumlah basis pengguna,pendapatan TikTok di AS,yang dibandingkan dengan aplikasi pesaing.
Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC,Senin (20/1/2025),TikTok setidaknya memiliki 115 juta pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) di AS. Jumlahnya sedikit lebih rendah daripada Instagram yang jumlah MAU-nya 131 juta.
Namun,durasi waktu yang dihabiskan dan jumlah unduhan aplikasi TikTok tercatat mendominasi aplikasi media sosial lain secara global,per kuartal I-2024.
TikTok menduduki peringkat pertama sebagai aplikasi yang paling banyak dihabiskan pengguna,dan disusul oleh YouTube.
Sementara itu,jumlah unduhan (download) aplikasi terbanyak berada di peringkat kedua setelah TikTok,disusul oleh Threads,lalu Instagram,dan WhatsApp Messenger.
Baca juga: Reaksi TikTok soal Rumor Bakal Dijual ke Elon Musk
Jumlah MAU TikTok juga mengungguli Snapchat,Pinterest,dan Reddit yang masing-masing memiliki jumlah MAU 96 juta,74 juta,dan 32 juta secara berurutan.
Pixabay Ilustrasi TikTok
Kendati begitu,nilai perusahaan TikTok berbasis AS yang diproyeksikan Zino mengalami penurunan dari yang sebelumnya di atas 60 miliar dollar AS (sekitar Rp 982 triliun) pada Maret 2024.
Baca juga: Trump Beri Waktu 90 Hari untuk TikTok agar Tidak Diblokir Lagi
Hal ini dilatarbelakangi kebijakan baru yang diloloskan DPR,usai Presiden Joe Biden sebelumnya yang menandatangani soal RUU (Rancangan Undang-undang) keamanan nasional.
Faktor lainnya,masalah geopolitik TikTok tengah menghimpit bisnis TikTok. Namun,nilai prediksi yang diestimasi oleh Zino belum termasuk teknologi algoritma yang miliki oleh TikTok.
Nilai perusahaan TikTok juga diprediksi oleh analis Bloomberg,tetapi nilainya tercatat lebih rendah,yakni 30 miliar dollar AS sampai 35 miliar dollar AS (Rp 491 triliun—Rp 573 triliun). Pertimbangannya,nilai jual lebih rendah karena ada potongan harga akibat penjualan paksa.
Analis Bloomberg juga menyebut jika calon pembeli mampu menggelontorkan uang sebesar itu untuk membeli TikTok dan menangani masalah pengawasan peraturan soal privasi data,proses transaksi dan negosiasinya akan semakin menantang.
Unlocking Wealth with Bazi: Master Chiu’s Exclusive Event in Hong Kong Decoding the Wealth Code Through Bazi (Eight Characters)
New Subsidiary in Mexico: SOUEAST Debuts S06 i-DM, S07, S09, Pushes Advanced New Energy Tech
Global Times: China-Central Asia Summit vital for the formation of a new Eurasian interaction model, says Tajik ex-official
Testimony of history: Cultural aggression must not be concealed, says Japanese civic group urging return of looted Chinese artifacts
NEDFON × Master Fa Ming: Merging Feng Shui and Fresh Air for a Healthier, Luckier Space
Global Times: Japanese civil group urges Tokyo to 'face history' through exhibitions of Japanese chemical warfare in WWII
©hak cipta2009-2020 Berita Hansen Mobile Games