2024-08-18 HaiPress
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi,pekerja profesional atau praktisi di bidangnya,pengamat atau pemerhati isu-isu strategis,ahli/pakar di bidang tertentu,budayawan/seniman,aktivis organisasi nonpemerintah,tokoh masyarakat,pekerja di institusi pemerintah maupun swasta,mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Daftar di sini
Kirim artikel
Editor Sandro Gatra
PERNYATAAN Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bagi saya menarik. Surya mengatakan Anies Baswedan perlu belajar sekolah kehidupan,bukan hanya sekadar text book.
Hal itu disampaikan Surya untuk memberi pesan bahwa Partai Nasdem batal mendukung Anies Baswedan sebagai calon Gubernur Jakarta 2024-2029.
Koalisi Perubahan yang terdiri dari PKS,PKB,dan Nasdem mengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar di pemilu presiden 2024.
Ketiga partai itu mendapatkan efek elektoral dengan meningkatnya suara mereka di pemilu legislatif dibandingkan Pemilu 2019.
Pada awalnya,PKS,Nasdem,dan PKB ingin tetap mengusung Anies di Pilkada Jakarta. Namun,setahap demi setahap,Nasdem balik Haluan. PKB yang masih menggantung dan mungkin menunggu Muktamar bulan Agustus ini.
Melihat konfigurasi politik terakhir,tinggal PDIP yang belum menentukan pilihan. Namun,PDIP tidak bisa sendirian mengusung pasangan calon.
Sinyal PKB bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju Plus juga kian besar. Butuh keberanian politik luar biasa dari Muhaimin Iskandar untuk berkoalisi dengan PDIP untuk mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta.
Bisa Anies Baswedan-Ahok yang punya peluang besar seandainya dicalonkan atau Anies-Rano Karno yang mulai dijajakan.
Boleh jadi inilah sekolah kehidupan politik yang disebut Surya Paloh. Unggul di survei,baik popularitas maupun elektabilitas,belum tentu disepakati oleh elite partai politik.
Bahkan,terasa ada “kesepakatan” elite untuk mengalienasi Anies. Anies bisa dianggap sebagai ancaman untuk Pemilu Presiden 2029.
Namun,jika memang kemudian Anies yang popular “disingkirkan” – meski secara formal sah,dari sisi perasaan publik bisa dirasakan sebagai kejahatan demokrasi.
Panggung 2029 memang akan ramai. Ada Prabowo Subianto,ada Gibran Rakabuming Raka,ada Agus Harimurti Yudhoyono. Ada pula Ridwan Kamil yang berpeluang untuk maju sebagai pesaing di pemilu 2029.
Tetap ada pula Anies Baswedan kendati ia berkiprah di luar pemerintahan,membersamai masyarakat sipil yang kian kesepian.
Sekolah kehidupan politik Indonesia kontemporer adalah transaksi dan pragmatisme. “Tidak ada lawan dan kawan abadi selain kepentingan itu sendiri.”
Sejauh kepentingan pragmatis kekuasaan terjadi,tidak akan ada kesetiaan dalam politik.
Tinjau Jembatan Kemang Pratama yang Ambles, AHY Minta Perbaikan Dimulai Sore Ini
Sindikat TPPO di Bandara Soetta Terungkap, Korban Dijanjikan Gaji hingga Rp 30 Juta
SMAN 21 Bekasi Bingung Gelar Ujian Akhir Usai Terdampak Banjir
Tom Lembong Kecewa dengan Dakwaan Jaksa, Sebut Kerugian Negara Kasus Impor Gula Tak Jelas
KPK Panggil Kepala BPKH Terkait Kasus Investasi Fiktif Taspen
Praktik Curang Penyalahgunaan Barcode BBM Subsidi, Beli Rp 6.800 Dijual Rp 8.600 Per Liter
©hak cipta2009-2020 Berita Hansen Mobile Games